Diskon kelas baru hingga 25%! Masukkan kupon "lebihcepat" di kelas ini

X
Logo Koala Skodev mengetik

Skodev

Belajar coding dalam bahasa Indonesia

CARA MEMBUAT APLIKASI YANG RAMAH PENGGUNA

Belajar apa saja langkah-langkah membangun aplikasi yang mudah digunakan.

  UX
  Faqih Muntashir
Cara Membuat Aplikasi yang Ramah Pengguna

Daftar Isi:

Gunakan Istilah dan Alur yang ...
Pastikan Semua Kondisi Aplikas...
Edukasi Pengguna Awam
Cegah Potensi Kesalahan Penggu...
Lihat Perspektif Pengguna

Membuat aplikasi yang ramah pengguna itu tidak memerlukan kemampuan desain yang tinggi, yang dibutuhkan hanyalah kemampuan untuk berpikir dari sudut pandang pengguna. Berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan saat membuat aplikasi supaya ramah pengguna.

Gunakan Istilah dan Alur yang Sudah Umum

Di zaman sekarang, tidak sedikit orang-orang yang sudah familiar dengan alur, istilah, dan pola yang ada pada aplikasi. Oleh karena itu, kita tidak perlu lagi membuat semuanya dari awal, tetapi cukup memulai dari hal-hal berikut:

Cari Referensi dari Aplikasi yang Serupa

Jika kita ambil contoh perbankan, orang-orang sudah familiar dengan istilah-istilah seperti “deposito”, “e-statement”, “mutasi”, dan sebagainya. Jadi, kita sebaiknya tidak mengubah istilah-istilah tersebut menjadi kata-kata lain, meskipun tujuannya ingin memudahkan pengguna.

Belajar lebih lanjut tentang User Experience (UX)

Kenapa?

Karena istilah-istilah tersebut sudah diketahui oleh para nasabah bank. Kalau kita menggantinya dengan kata lain, pengguna yang sudah familiar akan jadi bingung.

Selain itu, dengan memakai bahasa yang umum digunakan, kita bisa mengedukasi para pengguna tentang dunia perbankan.

Tidak lucu jika pengguna aplikasi perbankan menjadi kesulitan ketika berkomunikasi dengan teller bank karena kita mengubah bahasa mereka di aplikasi.

Makanya, kita perlu berhati-hati dan berpikir saat mengubah standar khalayak umum.

Hilangkan Pain Point

Saat memakai aplikasi, terkadang kita temui sesuatu yang dirasa sulit atau merepotkan.

Misalnya, pada aplikasi m-banking, biasanya kita pakai untuk mencari informasi tentang nomor rekening untuk dibagikan ke orang lain.

Oleh sebab itu, di aplikasi m-banking biasanya menampilkan nomor rekening pada halaman awal aplikasi dibuka sehingga memudahkan pengguna, contohnya aplikasi myBCA.

Aplikasi MyBCA

Tepat setelah membuka aplikasi, kita dapat langsung melihat nomor rekening milik kita.

Nah, sayangnya pada aplikasi myBCA ini kita tidak dapat memblok maupun menyalin teks nomor rekening tersebut. Padahal pengguna bukan cuma mau melihat nomor rekeningnya, mereka juga ingin membagikannya. Inilah apa yang disebut dengan pain point.

Apa itu pain point?

Pain point (terjemah: titik sakit) adalah bagian aplikasi yang membuat pengguna merasakan “sakit”. Makanya, pain point ini perlu dihilangkan agar pengguna lancar dan senang menggunakan aplikasinya.

Dalam contoh di atas, maka kita perlu membuat teks nomor rekening dapat disalin oleh pengguna.

Tambahkan yang Mempercepat Proses

Tujuan memakai aplikasi adalah untuk menyelesaikan suatu masalah. Jadi, mempercepat proses penyelesaian masalah tersebut menjadi tugas yang penting untuk kita.

Artinya, setelah kita tahu bahwa aplikasi m-banking dipakai untuk menyalin nomor rekening, maka yang bisa ditambahkan adalah mempersingkat langkah penyalinan nomor rekening.

Aplikasi m-banking lain, Bank Jago, sudah menerapkan ini:

Aplikasi Bank Jago

Aplikasinya memiliki tombol untuk menyalin nomor rekening, jadi supaya pengguna tidak perlu memblok teks untuk menyalin.

Cuma sayangnya, nomor rekening tersebut terdapat di halaman lain, jadinya pengguna jadi memerlukan dua langkah:

  1. Membuka halaman profil
  2. Menekan tombol salin

Proses ini bisa kita persingkat jadi satu langkah dengan menyediakan tombol salin rekening di halaman depan. Contohnya seperti aplikasi SeaBank:

Ilustrasi SeaBank

Dengan begini, jika pengguna perlu membagikan nomor rekening, mereka cuma perlu buka aplikasi, lalu menekan tombol salin, dan selesai!

Pastikan Semua Kondisi Aplikasi Bersifat Informatif

Tampilkan Indikator Loading

Bayangkan kamu membuka suatu aplikasi, dan yang kamu lihat adalah ini: ilustrasi halaman kosong

Sebuah halaman kosong, terlihat tidak terjadi apa-apa, dan sepertinya tidak akan jadi apa-apa. Namun, ternyata setelah beberapa detik, tiba-tiba baru muncul kontennya.

ilustrasi tanpa indikator loading

Ternyata, kekosongan tadi disebabkan karena halamannya masih loading. Karena loading-nya belum selesai, halaman tersebut jadi kosong.

Ini sepele namun tidak jarang terjadi, dan ini adalah salah satu penyebab kenapa pengguna meninggalkan aplikasi, mereka kira aplikasi tersebut rusak.

Bandingkan dengan contoh di bawah:

ilustrasi indikator loading.

Sangat terasa bedanya kan? Itulah pentingnya menginformasikan kalau aplikasi kita sedang loading.

Informasikan Jika Terjadi Masalah, dan Bagaimana Mengatasinya

Tidak hanya dalam urusan per-loading-an, kita juga perlu memberi informasi kalau konten gagal dimuat:

ilustrasi error 1

Ups! Bukan gitu, jika begitu, pengguna yang awam akan bingung, apalagi ada tulisan “Server Error”, ini bisa bikin mereka khawatir dan mengira sudah melakukan suatu kesalahan. Jadi, baiknya kita beri pesan yang bisa dipahami mereka:

ilustrasi error 2

Sekarang, pesannya sudah tidak terlalu mengintimidasi, dan pengguna awam akan tau bahwa ini cuma masalah teknis biasa. Tapi, pesan ini masih belum cukup membantu.

Oke, gagal memuat artikel, terus aku harus apa?

Makanya, sebaiknya kita beri juga solusi biar pengguna bisa mengatasinya sendiri. Misalnya dengan memberikan tombol untuk me-reload:

ilustrasi-error-3

Jangan lupa juga untuk memberikan jalan keluar lainnya kalau solusi mandiri yang disediakan tidak bekerja:

ilustrasi-error-4

Dengan begitu, pengguna tidak akan lagi bingung jika terjadi masalah pada aplikasi.

Tampilkan Indikator Berhasil

Kita juga perlu memberikan informasi ketika suatu aksi dari pengguna berhasil diproses. Kalau tidak, pengguna akan khawatir, dan cenderung akan mengulang aksinya untuk berjaga-jaga.

Contoh paling sederhananya adalah Google Form:

ilustrasi-indikator-berhasil.gif

Dapat dilihat setelah mengirim form, pengguna diarahkan ke halaman yang berisi pesan “Jawaban anda telah direkam”. Jika tidak begitu, pengguna tidak akan tahu apakah form sudah berhasil terkirim atau belum.

Edukasi Pengguna Awam

Memberikan Deskripsi

Segamblang apapun suatu istilah atau kata, dalam suatu konteks, maknanya bisa berbeda, dan mungkin masih ada orang yang tidak mengerti.

Misalnya, kata “Status”, di Facebook, orang mengartikan kata tersebut sebagai posting-an, di WhatsApp, diartikan sebagai fitur menampilkan konten dalam waktu 24 jam, dan seterusnya.

Berikan Deskripsi Melalui Popover

Oleh sebab itu, berikanlah teks deskripsi yang menjelaskan maksud dari istilah yang kamu gunakan. Contohnya, kita menampilkan deskripsi melalui sebuah popover:

ilustrasi-deskripsi-1

Berikan Deskripsi Melalui Tooltip

Tidak hanya istilah, kamu juga bisa memberikan deskripsi ke tombol dengan memanfaatkan tooltip. Misalnya, kita pakai tooltip untuk menjelaskan kenapa tombol tidak dapat diklik:

ilustrasi-deskripsi-2.png

Membuat User Manual

Jika pengguna kesulitan memakai aplikasi, dan deskripsi tidak cukup untuk mengatasi, maka yang bisa dilakukan adalah membuat dokumen panduan pengguna, atau biasa disebut dengan “User Manual”.

Dalam user manual, pengguna akan mendapatkan penjelasan langkah per langkah dari membuka aplikasi hingga keluar dari aplikasi. Selain penjelasan penggunaan aplikasi, user manual juga biasanya berisi penjelasan definisi istilah-istilah, gambar diagram alur yang menjelaskan proses bisnis, dan sebagainya.

Menginformasikan Perubahan Aplikasi yang Akan dan Sudah Terjadi

Aplikasi yang masih dikembangkan pasti akan mengalami yang namanya perubahan. Biasanya kita tidak perlu menginformasikan perubahan-perubahan minor yang tidak memiliki dampak yang signifikan kepada pengguna. Tapi, jika perubahannya cukup radikal, misalnya penghapusan fitur, perubahan alur, biaya, ketentuan layanan, maka sangat disarankan untuk memberitahukannya ke pengguna.

Misalnya, di aplikasi Jenius yang awalnya dapat digunakan secara gratis, menjadi aplikasi berbayar bulanan.

Andaikan ketentuan ini tidak diumumkan, maka besar kemungkinan pengguna tidak akan tahu bahwa uang mereka berkurang setiap bulan, dan akan berhenti memakai aplikasi karena dirasa merugikan.

Cegah Potensi Kesalahan Pengguna

Konfirmasi Aksi yang Bersifat Destruktif

Aksi yang bersifat destruktif adalah aksi yang jika dilakukan secara salah akan menimbulkan pengaruh negatif.

Contohnya, penghapusan akun pengguna. Jika akun pengguna dihapus, maka pengguna yang terkait tidak akan bisa lagi masuk ke aplikasi kita, dan bisa jadi data yang dimiliki oleh pengguna tersebut ikut terhapus juga.

Jika kita tidak sengaja mengklik tombol “hapus” pada akun pengguna yang penting, maka itu akan jadi kesalahan yang fatal.

Makanya, kita wajib memberi sebuah proteksi agar hal tersebut tidak mudah terjadi, yaitu dengan membuat konfirmasi, apakah si pengguna yakin dengan keputusannya atau tidak.

ilustrasi-destruktif.gif

Informasikan Proses Yang Belum Selesai

Bisakah kamu menebak, apakah yang salah dari form di bawah?

ilustrasi-proses-belum-selesai-1

Yup, betul sekali. Setelah kita tampilkan indikator pengisian form, ternyata isian form tersebut sudah diubah, namun belum disimpan!

sebuah form dengan indikator pengisian form

Inilah yang dimaksud dengan memberikan informasi bahwa proses belum selesai. Kita jadi dapat mengurangi risiko pengguna mengeluarkan aplikasi sebelum suatu aksi atau proses diselesaikan, cukup penting kan?

Berikan Cara untuk Membalikkan Aksi

Jika pada aplikasi ada suatu perubahan yang tidak sebenarnya boleh dikembalikan ke semula, maka berikan jalannya kepada pengguna.

Contohnya seperti gambar di bawah, setelah kita mengarsipkan akun, kita masih bisa memulihkan akun tersebut setelahnya.

ilustrasi-membalikkan-aksi

Dengan begitu, kalau ternyata keputusan kita mengarsipkan akun itu salah, kita bisa mudah mengembalikan akunnya seperti semula.

Lihat Perspektif Pengguna

Meskipun kita sudah memberikan usaha terbaik menerapkan apa yang disebutkan di atas, tentu tidak cukup jika kita belum dengar kata “puas” dari pengguna aplikasi secara langsung.

Jadi, jangan lupa untuk mendengarkan apa kata pengguna, baik itu melalui wawancara ke pengguna langsung, maupun melalui review yang yang diberikan di sosial media, Play/App Store, dan lain-lain.

Penulis: Faqih Muntashir

/ @itsfaqih_

Halo, saya Faqih, Product Engineer yang hobi ngoding dan desain. Saya di sini ingin menjerumuskan kamu agar menyukai programming dan bisa membangun aplikasi yang berkualitas

Daftar newsletter skodev masukkan emailmu untuk dapat informasi menarik dari dunia koding