Diskon kelas baru hingga 25%! Masukkan kupon "lebihcepat" di kelas ini

X
Logo Koala Skodev mengetik

Skodev

Belajar coding dalam bahasa Indonesia

APA ITU
User Experience
Pengertian dan Informasi

User Experience (UX) adalah proses untuk menciptakan produk yang bisa memberikan pengalaman yang baik dengan menampilkan visual yang indah dan alur yang jelas.

Daftar Isi:

Apa itu UX?
Manfaat Menerapkan User Experi...
Perbedaan UI dan UX
Siapa yang Terlibat dalam Menc...
Contoh Simple Study Case User ...
Cara Menciptakan User Experien...

User Experience merupakan terminologi yang sering digunakan ketika berbicara tentang produk digital. Apa itu User Experience? Mari menyelam lebih dalam untuk memahami User Experience dan fungsinya.

Apa itu UX?

User Experience (UX) adalah pengalaman pengguna ketika menggunakan sebuah produk. Dalam lingkup web development, User Experience merupakan proses untuk menerapkan navigasi yang baik agar pengguna bisa berinteraksi dan mudah mengakses semua informasi yang tersedia.

Sebagai analogi, John Doe masuk ke sebuah Coffee Shop untuk mengerjakan projectnya. Ketika masuk, John Doe sudah tahu harus pesan kopi di hadapan barista dan melakukan pembayaran. Sambil menunggu kopi dibuat, John Doe duduk di bangku sebelah bar. Tak lama kemudian, John Doe dipanggil untuk mengambil kopinya. Lalu ia pergi duduk di sebelah jendela.

Proses yang dilalui John Doe adalah contoh kecil penerapan User Experience dalam dunia nyata. Pun dengan dunia maya, web developer harus bisa menciptakan pengalaman yang baik bagi pengguna produknya.

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang pengembangan aplikasi, silahkan baca artikel Cara Membuat Aplikasi yang Ramah Pengguna.

Manfaat Menerapkan User Experience yang Baik

Selain memberikan akses yang mudah ketika menggunakan sebuah website, penerapan User Experience yang baik juga memberikan manfaat lain, seperti:

1. Mengurangi Bounce Rate

Bounce Rate merupakan istilah dari Google Analytics yang merepresentasikan lama-tidaknya pengguna ketika membuka sebuah website.

Contohnya ketika kita membuka sebuah situs berita. Jika baru sebentar saja kita sudah menutup situs tersebut karena halaman yang tertutup iklan, maka Google Analytics memberikan skor yang buruk karena tingkat Bounce Rate yang tinggi.

website penuh iklan

Gambar di atas merupakan contoh penerapan UX yang tidak patut untuk dicontoh karena selain meningkatkan Bounce Rate juga memberikan pengalaman yang buruk bagi pengguna.

2. Meningkatkan Penjualan Produk

Bayangkan jika sebuah e-commerce memiliki navigasi yang buruk. Alih-alih disukai oleh pengguna, e-commerce tersebut justru bisa kehilangan traffic yang berakhir pada sedikitnya penjualan produk.

Ketika membuat website penjualan produk, web developer harus memiliki pemikiran yang berorientasi pada pengguna. Kita dituntut untuk membuat sistem navigasi yang jelas, menampilkan karakter dan branding yang kuat sehingga bisa membantu pengguna mencapai tujuan utamanya, berbelanja.

contoh tampilan UX yang rapi

Amazon memberikan contoh penerapan User Experience yang baik dengan tampilan yang simpel. User langsung disajikan dengan tampilan produk yang bersinggungan dengan event terdekat (Lunar New Year). Bahkan terdapat Call To Action yang ingin memberikan branding bahwa berbelanja di Amazon itu aman. Coba bandingkan dengan “toko” Hijau, Oren, dan Biru dari Indonesia. Mana yang menurutmu lebih nyaman dilihat?

3. Meningkatkan Kepuasan dan Kepercayaan

Ketika berhasil memberikan pengalaman yang baik kepada pengguna, secara tidak sadar nama website akan selalu ada di benak kepala mereka. Semakin banyak orang yang puas, semakin besar kemungkinan website kita direkomendasikan kepada lebih banyak orang. Alhasil, nama website akan selalu diasosiasikan pada topik tertentu.

situs google di awal

Kata ‘googling’ adalah wujud nyata bagaimana sebuah website terasosiasi pada kegiatan ‘mencari tahu sesuatu’. Ini terwujud karena sejak awal Google memastikan pengguna mendapatkan apa yang mereka cari.

situs yahoo di awal

Bandingkan dengan Yahoo yang sama-sama mesin pencari. Dua gambar tersebut diambil dari webdesignmuseum.org yang menampilkan desain Google dan Yahoo pada tahun 1999. Sekarang disaat masih banyak orang yang Googling, Yahoo hanya tinggal sejarah.

4. Mempermudah User Mencapai tujuan

Pada akhirnya, tujuan utama dalam menerapkan prinsip-prinsip UX yang baik adalah membantu user mempermudah mencapai tujuan. Produk yang baik akan mengantarkan pengguna mendapatkan apa yang diinginkan, baik itu dengan menyajikan navigasi yang jelas, fitur yang efektif dan efisien, yang akhirnya memberikan pengalaman baik yang melebihi ekspektasi pengguna.

Perbedaan UI dan UX

User Interface adalah proses membuat desain yang fokus pada tampilan. Ini adalah jembatan interaksi antara manusia dan aplikasi. Pembuatan User Interface bertujuan agar seseorang bisa menggunakan aplikasi dengan mudah.

User Interface dan User Experience merupakan sesuatu yang berbeda, namun saling bergantung satu sama lain. User Interface adalah sesuatu yang kita lihat. Sedangkan User Experience adalah sesuatu yang kita rasakan sebagai akibat dari pengalaman menggunakan aplikasi.

Kita tidak bisa menciptkan pengalaman yang baik tanpa menyajikan tampilan yang menarik. Ekspektasi manusia biasanya sudah terbentuk ketika melihat sesuatu. Hanya dengan melihat tampilannya sekilas, terkadang kita sudah bisa merasakan apakah sebuah aplikasi bisa memberikan apa yang kita butuhkan. Hasilnya tergantung pada pengalaman pengguna setelah ia selesai menggunakan aplikasi.

Jika kita bisa memberikan proses interaksi yang baik, akan tercipta pengalaman yang memuaskan sehingga user akan terus menggunakan aplikasi.

Siapa yang Terlibat dalam Menciptakan User Experience dan Apa Peran Mereka?

1. Project Manager

Project Manager adalah orang yang bertanggungjawab terhadap proses pembuatan produk digital mulai dari awal hingga akhir. Ia juga menjadi jembatan antara klien dan tim yang biasanya terdiri dari UX Designer, Quality Assurance, dan Engineer. Project Manager menjadi pemimpin yang merencanakan dan memastikan proses pembuatan aplikasi sesuai dengan linimasa.

2. UX Designer

UI/UX Designer sosok yang tidak kalah penting karena ia harus bisa membuat desain yang baik. Sebelum memulai membuat tampilan visual, UI/UX harus melakukan riset untuk mengetahui perspektif user dan memperkirakan alur yang bisa berpengaruh terhadap pengalaman pengguna. UI/UX Designer juga harus memahami kebutuhan klien sehingga bisa memberikan solusi untuk menyelesaikan masalah klien.

3. UX Writer

Setelah memiliki visual yang baik dan alur yang jelas. Desain yang sudah tercipta perlu didukung dengan copywriting untuk membantu user menjelajahi produk yang digunakan. UX Writer harus bisa membuat konten yang spesifik pada elemen-elemen tertentu yang bertujuan memberikan arahan yang jelas. Tugas Pemberian label pada kolom input, menuliskan pesan error yang jelas, hingga membuat konten yang menarik adalah tugas utama UX Writer yang akan menambahkan pengalaman positif bagi pengguna produk digital.

4. UX Developer

UX Developer adalah sosok yang membuat ide dan desain yang sudah direncanakan menjadi produk nyata. Mereka adalah orang yang membangun dan memastikan produk digital berfungsi sebagaimana mestinya. Selain itu, UX Developer juga bertanggung jawab untuk membuat produk yang optimal dari sisi kegunaan, aksesibilitas, dan juga efisiensi di semua perangkat.

5. Quality Assurance

Quality Assurance menjadi orang pertama yang memastikan bahwa proses pembuatan produk sesuai standar dan kriteria yang diinginkan klien. Selain itu, tugas QA juga melakukan testing dari sudut pandang user untuk mengetahui apakah produk yang dikembangkan memiliki alur yang jelas sehingga mampu memberikan manfaat bagi pengguna.

Contoh Simple Study Case User Experience

contoh Study Case User Experience

Jika kita perhatikan halaman Login pada gambar di atas, ada 2 kesalahan mendasar yang bisa diperbaiki untuk memberikan pengalaman yang baik.

Pertama, kita bisa menghapus padding-left pada label ‘Email’ dan ‘Password’ sehingga sejajar dengan kolom input. Dengan demikian label dan kolom input sejajar secara vertikal dan lebih nyaman untuk dilihat.

Kedua, hapus tombol ‘Create Account’ di halaman Login danbuat alur yang berbeda dengan mengarahkan user ke halaman lain. Caranya dengan mengajak user untuk yang belum melakukan registrasi untuk membuat akun.

Kita tidak perlu membuat tombol baru di bawah tombol Log in karena justru akan mengacaukan susunan hirarki tombol. Sebaiknya buat teks singkat yang memiliki arti jelas seperti “Not registered yet? Create an account.”. Lalu sisipkan hyperlink pada teks ‘Create an account’ yang akan memindahkan user ke halaman lain.

Perubahan kecil tersebut akan memberikan dampak yang besar karena user memiliki alur yang jelas ketika melakukan Login atau melakukan registrasi untuk membuat akun baru.

Hasilnya bisa dilihat pada gambar di bawah ini.

contoh hasil UX lebih baik

Cara Menciptakan User Experience yang Baik

Produk dengan User Experience yang baik tidak lahir begitu saja. Ada beberapa tahap yang perlu diperhatikan untuk menghasilkan produk dengan User Experience yang tepat. Berikut 4 prinsip yang bisa dilakukan untuk menciptakan User Experience yang baik:

1. Riset dan Tentukan Tujuan

Cara pertama untuk menciptakan User Experience yang baik dimulai dengan melakukan riset untuk mengetahui target dari audience. Kita harus memahami dari sudut pandang pengguna sebelum mulai pengembangan produk.

Dengan melihat dari perspektif pengguna, kita bisa memahami apa yang mereka rasakan, apa yang mereka butuhkan, apa yang mereka harapkan, dan hingga akhirnya kita tahu cara agar produk yang dikembangkan benar-benar berguna bagi mereka. Riset yang dilakukan akan membantu kita dalam menuliskan tahapan dan mendefinisikan tujuan dari perspektif pengguna.

2. Design Sketch & Prototype

Berdasarkan data yang sudah terkumpul, kita bisa mulai membuat desain sketch dengan melakukan berbagai skenario yang mungkin dilakukan pengguna ketika menggunakan produk. Cara ini akan membuka mata terkait beberapa Product Requirements yang mungkin lalai dalam proses riset.

UX Developer juga bisa memulai membuat prototipe produk dalam bentuk HTML polos tanpa interaksi untuk versi desktop dan mobile. Dengan memiliki prototipe produk, pengembang sudah bisa membayangkan bagaimana perasaan pengguna ketika mencobanya.

3. Hilangkan Hambatan dan Fokus untuk Menyelesaikan masalah

Dari proses riset dan prototipe, sebenarnya kita sudah bisa membayangkan produk jadi yang akan dirilis. Apalagi kita sudah memiliki data berupa hambatan dan tujuan yang ingin diselesaikan.

Namun kita perlu benar-benar mendefinisikan hambatan yang ingin diselesaikan berdasarkan skala prioritas. Bedakan antara must-have dan nice-to-have, sehingga kita benar-benar fokus pada masalah yang ingin diselesaikan. Misalnya ketika berdiskusi dengan tim tentang animasi interaktif pada halaman tertentu. Apakah animasi tersebut akan memberikan pengalaman yang baik, atau justru mengurangi performa produk dan mengganggu pandangan?

4. Perhatikan Kritik dan Saran, Evaluasi, dan Perbaiki

Ketika sebuah produk digital sudah dirilis dan memiliki pengguna aktif. Proses pengembangan tidak serta merta berhenti begitu saja. Justri ini awal dari sebuah perjalanan baru yang sesungguhnya. Kita akan tahu apakah produk bisa menyelesaikan masalah bagi pengguna, atau justru memunculkan masalah baru ketika digunakan?

Oleh karena itu, perhatikan dan dengarkan setiap masukan dari pengguna agar kita bisa mengerti dan merasakan hambatan yang dirasakan ketika mereka menggunakan produk. Dari sini, kita bisa melakukan evaluasi dengan tujuan bisa memperbaiki produk agar bisa memberikan User Experience yang baik.

Penulis: Anang Yoga

/ @obebel

Hai, saya Anang Yoga. Front-end Developer.


  Anang Yoga

Daftar newsletter skodev masukkan emailmu untuk dapat informasi menarik dari dunia koding